Wednesday, October 3, 2018

DIARE PADA ANAK (by: 1)

Kasus

An. B umur 8 tahun, masuk RS akibat berak-berak lebih dari 10 kali disertai muntah 5 kali yang dialami sejak 1 jam yang lalu. Di rumah ibu sudah memberi obat berak-berak namun tidak berhenti, akhirnya ibu membawa anaknya masuk RS. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun. BAB masih encer dan tidak berampas. Turbor kulit jelek, mata cekung dan mulut tampak kering. Hasil pemeriksaan peristaltic usus meningkat. Anak tampak rewel dan sering menangis. Ibu mengatakan sangat mencemaskan kondisi anaknya. Ekspresi wajah tegang, ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya.
Hasil pemeriksaan tanda vital:
1. N: 132x/menit
2. P: 32x/menit
3. S: 38,2 C

Pengertian
Menurut WHO (1999), secara klinis didefinisikan sebagai bertambahnya defektasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari 3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.

Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari.

Jenis-jenis Diare
Menurut Depkes RI (2000), jenis-jenis diare yaitu:
1. Diare Akut: diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
2. Disentri: diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare Persisten: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Penyebab atau faktor

Penyakit diare disebabkan oleh virus, yaitu Rotavirus, bakteri Escherichia Coli, Shigella Sp dan parasit Entamoeba Hystolitica. Adapun faktor penyebab lainnya yaitu:
1. Keadaan lingkungan
2. Perilaku masyarakat
3. Pelayanan masyarakat
4. Gizi
5. Kependudukan
6. Pendidikan yang meliputi pengetahuan
7. Keadaan sosial ekonomi (Yudoyono, 2008)

Selain itu, menurut penelitian oleh Para Mitha et.al (2010) juga menyatakan bahwa orang yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan menyentuh botol susu bagian dalam dapat menyebabkan bakteri sisa defektasi menempel pada botol susu dan akhirnya menyebabkan adanya bakteri E.coli. Kebiasaan mencuci tangan setelah BAB menjadi faktor yang penting dalam menyebabkan diare pada anak dikarenakan setelah defektasi, tangan yang digunakan untuk membersihkan anus akan memiliki kumpulan bakteri sisa feses terutama bakteri E.coli.

Tanda dan Gejala
 
Tanda dan gelaja umum:
1. Bercak cair atau lembek dan sering
2. Muntah
3. Demam
4. Dehidrasi

Tanda dan gejala spesifik:
1. Vibrio, Cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan bau amis.
2. Disenteriforem: tinja berlendir dan berdarah.

Pencegahan
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah defektasi
2. Hindari penggunaan jamban
3. Memberikan promosi kesehatan tentang diare kepada ibu yang memiliki anak
4. Tutup makanan dengan tudung saji
5. Masak air minum dan makanan hingga matang
6. Jaga kebersihan makanan dan minuman

Penanganan
1. Rehidrasi
2. Nutrisi
3. Sesuai indikasi
4. Edukasi pada orang tua

Faktor Resiko

Menurut Wulandari (2010), faktor resiko terjadinya diare adalah adanya kontaminasi pada alat makan yang digunakan. Kontaminasi peralatan makanan dapat terjadi karena higienitas penjamah makanan seperti tidak adanya perilaku mencuci tangan setelah memegang benda berisiko menggaruk luka.



Sumber:

WL, Ragil Dyah. PS, Yunita Dyah (2017) Hubungan Antara Pengetahuan dan Kebiasaan Mencuci Tangan Pengasuh dengan Kejadian Diare pada Balita. JHE. 2(1), 39-46.



klik di sini untuk mengisi survey kami








3 comments: