Tuesday, October 20, 2020

MAKALAH PATOFISIOLOGI STROKE

 

PATOFISIOLOGI STROKE



 

Disusun oleh:

1.      Intan Kumalasari                I1B019004

2.      Isti Kharah                          I1B019010

3.      Amalda Sashikirana            I1B019028

4.      Ayu Rahma Kusuma P.      I1B019030

5.      Lies Apriyanti                    I1B019034

6.      Anzalna Intan Kinantarisa  I1B019060

7.      Merri N. K. Sapari              I1B019076

8.      Kartika Krida Pambayun    I1B019078

 

Mata Kuliah:

Sistem Informasi Keperawatan

 

Dosen Pengampu:

Annas Sumeru, M.Kep., S.Kep.MB

 

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2020

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Stroke merupakan suatu penyakit neurologik yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah yang menuju ke otak (Black dan Hawk, 2009 dalam Wayunah dan Saefulloh, 2016). Stroke menjadi penyakit yang berada di posisi ketiga sebagai penyebab kematian di dunia. Stroke juga merupakan penyebab kecacatan serius jangka panjang nomor satu di dunia.

Berdasarkan data dari Yayasan Stroke Indonesia (YASTROKI), jumlah pasien penderita stroke di Indonesia menempati posisi nomor satu di Asia pada tahun 2012. Hasil Riskesda atau Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menyebutkan terdapat prevalensi stroke sebesar 12,1 per 1000 penduduk di Indonesia. Angka ini menunjukan bahwa terdapat penigkatan sebesar 8,3% jika dibandingkan dengan hasil riset Riskesda pada tahun 2007 (Wayunah dan Sefulloh, 2016).

Sebagian besar pasien stroke akan mengalami hemiparesis. Hemiparesis merupakan kelemahan yang terjadi pada salah satu sisi tubuh yang selanjutnya akan menyebabkan melemahnya kontraksi otot. Hal inilah yang menyebabkan seorang penderita stroke akan mengalami kesulitan dalam mobilitas dan tingkat kemandirian berkurang, bahkan hilang. Penderita stroke akan selalu bergantung kepada orang lain untuk menjalankan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Penurunan tingkat kemandirian dan mobilitas penderita stroke menunjukkan bahwa terdapat penurunan kualitas hidup pada pasien tersebut. Stroke juga dapat menyebabkan kelainan dalam sistem neurologis seperti defisiensi pada kemampuan motoric, kognitif, visual, dan koordinasi. Oleh karena itu, penyakit stroke perlu diwaspadai dan dikenali sejak dini.

 

B.     Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain:

1.       Pembaca dapat mengetahui pengertian dari stroke.

2.       Pembaca dapat mengetahui etiologi atau faktor-faktor penyebab penyakit stroke.

3.       Pembaca dapat memahami patofisiologi stroke.

4.       Pembaca dapat mengetahui manifestasi klinis stroke.

5.       Pembaca dapat memahami penatalaksanaan dari penyakit stroke.

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperkaya wawasan dari pembaca tentang penyakit stroke mulai dari pengertiannya, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaannya. Serta, untuk dapat menjadi bahan referensi pembelajaran mengenai penyakit stroke.

 

C.    Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan penyakit stroke?

2.      Bagaimana etiologi dari penyakit stroke?

3.      Bagaimana patofisiologi penyakit stroke?

4.      Apa saja manisfestasi klinis yang ditimbulkan dari penyakit stroke?

5.      Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit stroke tersebut?

 


 

BAB II

ISI

A.    Pengertian Stroke

Stroke menurut World Health Organization (WHO, 2005) adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke merupakan suatu sindrom yang dapat ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang perkembangannya cepat berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian),  penyebabnya ialah vaskuler. Definisi ini mencakup stroke akibat infark otak (stroke iskemik), pendarahan intraserebal (PIS) non traumatic, pendarahan intraventrikuler dan beberapa kasus pendarahan subarachnoid (PSA) (Soeharto, 2004).

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) hal ini ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan oleh adanya penyumbatan, penyempitan bahkan pecahnya pembuluh darah. Jumlah penduduk pada usia produktif antara umur 15-64 tahun memiliki jumlah yang lebih banyak daripada penduduk non produktif maupun usia lansia di Indonesia. Berdasarkan data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2007-2011, usia produktif berada pada penduduk yang berusia 15-64 tahun. Sehingga menunjukan bahwa pada usia tersebut sangat berpotensi terserang penyakit tidak menular khususnya stroke. Stroke mulai terjadi pada orang yang berusia produktif (Depkes, 2008).

 

B.     Etiologi Penyakit Stroke

Etiologi atau penyebab terjadinya penyakit stroke terbagi menjadi dua macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus) dan adanya pembuluh darah yang pecah. Umumnya, stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit atau dapat disebut sebagai arteriosclerosis. Namun, dalam beberapa kasus terakhir menunjukan bahwa terdapat peningkatan kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15-40 tahun). Pada golongan ini penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol, faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.

Penyebab serangan stroke lainnya adalah makanan dengan kadar kolesterol jahat atau LDL (Low Density Lipoprotein) yang sangat tinggi. Kolesterol jahat ini banyak terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab terjadinya serangan stroke lainnya antara lain:

-       Kebiasaan malas berolahraga dan bergerak

-       Terlalu banyak konsumsi alkohol

-       Merokok

-       Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif

-       Waktu istirahat yang sangat kurang

-       Makan terlambat

-       Diet

-       Stres yang berkepanjangan.

Stres justru menjadi penyebab utama seorang remaja dengan usia produktif terserang stroke. Menurut dokter spesialis bedah syaraf, yaitu dr. Eveline, Sp. BS terdapat pasien stroke yang masih berusia 20-30 tahun. Presentase yang dibuat, jika jumlah total penderita stroke dipresentasikan 100%, maka pasien usia muda sebanyak 20%. Jadi jangan pernah menganggap ringan stress berkepanjangan dan juga rasa pusing atau nyeri pada kepala. Jika pusing dirasakan terus menerus dan tidak lagi sembuh dengan meminum obat, maka harus dicurigai ini adalah gejala stroke. Apalagi kalau nyeri kepala disertai dengan keluhan lain, seperti mati rasa atau kesemutan.  

Pada jurnal lain, disebutkan bahwa etiologi utama yang muncul pada pasien stroke adalah penurunan kekuatan otot (92,3%), gangguan neuromuskular (80,8%), nyeri (19,2%), kaku sendi (3,8%), dan gangguan sensoriperseptual (3,8%). 

 

C.    Patofisiologi

Otak memiliki kecepatan metabolisme yang tinggi dengan berat hanya 2% dari berat badan, menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang beredar (Alireza, 2009). Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme otoregulasi kuang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu, dengan mean arterial blood presure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini gagal bila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase akut. Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih dari 160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau ensefalopati hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme otoregulasi yag peka terhadap perubahan kadar oksigen dan karbondioksida. Kenaikan kadar karbondioksida darah menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan oksigen menyebabkan vasokontriksi. Nitrik-oksid merupakan vasodilator lokak yang dilepaskan oleh sel endotel vaskuler (Arbour et all, 2005)

Cedera Vaskular Serebral (CVS) atau stroke terdapat hipoksia serebral yang menyebabkan terjadinya cedera dan kematian sel neuron. Adapun kejadian inflamasi yang ditandai dengan pelepasan sitokin proinflamasi, produksi radikal bebas oksigen, dan pembengkakan serta edema ruang interstitial terjadi pada kerusakan sel dan menyebabkan situasi yang memburuk. Demikian pula, asidosis terjadi akibat hipoksia dan mencederai otak lebih lanjut melalui aktivasi saluran ion neuron yang mendeteksi asam. Pada akhirnya, kerusakan otak terjadi setelah CVS atau stroke yang biasanya memuncak 24 sampai 72 jam setelah kematian sel neuron. Stroke atau CVS diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, stroke iskemik dan stroke hemoragik.

     Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke bagian otak. Stroke iskemik juga dapat disebabkan trombosis maupun emboli.  Trombosis merupakan obstruksi aliran darah akibat penyempitan lumen pembuluh darah atau sumbatan. Penyebab paling sering dari stroke ini adalah aterosklerosis.  Gejala biasanya memberat secara bertahap.  Emboli disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah dari tempat yang lebih proksimal. Emboli bukan biasanya bersumber dari jantung atau arteri besar, seperti aorta, arteri karotis atau arteri vertebralis.  Gejalanya biasanya langsung memberat atau hanya sesaat untuk kemudian menghilang lagi seketika saat emboli terlepas ke arah distal, seperti pada TIA.

     Untuk klasifikasi yang kedua yaitu stroke hemoragik, terjadi akibat perdarahan dalam otak. Stroke ini juga disebabkan oleh ruptur arteri, baik Intraserebral maupun subarakhnoid.  Perdarahan intraserebral merupakan penyebab paling sering, dimana dinding pembuluh darah kecil yang sudah rusak akibat hipertensi kronik srobek. Hematoma yang terbentuk akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).  Perdarahan subarakhnoid disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau malformasi arteri vena yang perdarahannya masuk ke rongga subarakhnoid, sehingga menyebabkan cairan serebrospinal (CSS) terisi oleh darah.  Darah di dalam CSS akan menyebabkan vasospasme sehingga menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang mendadak.

 

 




D.    Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien stroke beragam tergantung dari daerah yang terkena dan luasnya kerusakan jaringan serebral. Manifestasi yang umumnya terjadi yaitu kelemahan alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan komunikasi, sakit kepala, dan gangguan keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal, dan mengenai satu sisi (LeMone, 2015).

Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal, dan mengenai satu sisi (LeMone, 2015). Tanda dan gejala umum mencakup kebas atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki (terutama pada satu sisi tubuh); kebingungan/konfusi atau perubahan status mental; sulit berbicara atau memahami pembicaraan; gangguan visual; kehilangan keseimbangn,pening, kesulitan berjalan; atau sakit kepala berat secara mendadak (Brunner & Suddarth, 2013)

Gejala stroke biasanya berkembang secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Gejala biasanya paling parah ketika stroke pertama terjadi, tetapi perlahan-lahan bisa lebih buruk. Salah satu gejala yang seringkali timbul adalah sakit kepala, terutama jika terjadi pendarahan di otak. Sakit kepala ini mula-mula akan terjadi secara tiba-tiba dan langsung terasa sangat berat. Sakit kepala akan terasa apabila penderita berbaring di tempat datar dan akan semakin memburuk jika penderita mengubah posisinya atau membungkuk atau batuk.

Gejala lainnya tergantung pada seberapa parah stroke dan bagian dari otak dipengaruhi. Gejala-gejala tersebut antara lain:

·         Perubahan kewaspadaan (termasuk mengantuk, pingsan, dan koma).

·         Perubahan pendengaran

·         Perubahan dalam rasa kecap

·         Perubahan yang mempengaruhi sentuhan dan kemampuan untuk merasakan sakit, tekanan, atau temperatut yang berbeda

·         Kecanggungan

·         Kebingungan atau hilangnya memori

·         Kesulitan menelan

·         Kesulitan menulis atau membaca

·         Pusing atau perasaan gerakan yang abnormal(vertigo)

·         Kurangnya kontrol atas kandung kemih atau usus

·         Kehilangan keseimbangan

·         Kehilangan koordinasi

·         Kelemahan otot dilengan,wajah,atau kaki(biasanya hanya pada satu sisi

·         Mati rasa atau kesemutan pada satu sisi tubuh

·         Perubahan kepribadian,suasana hati,atau emosional

·         Masalah dengan penglihatan,termasuk penglihatan menurun,penglihatan ganda,atau kehilangan penglihatan total

·         Kesulitan berbicara atau memahami orang lain yang berbicara

·         Masalah berjalan

·         Tangan seringkali tidak menuruti ”perintah”

·         Benda yang semua dipegang terlepas dengan sendirinya tanpa disadari

·         Sering gagal memasukan kancing baju

·         Tanpa disadari alas kaki kerap lepas saat berjalan

·         Tidak terampil mengenakan alas kaki,harus dibantu dengan tangan

·         Rasa kebas atau tebal pada wajah seisi dengan atau tanpa diikuti dengan rasa kebas pada anggota gerak sisi yang sama

·         Jika membuka mata merasa pusing dan berputar yang sering disertai mual dan muntah.

 

E.     Penatalaksanaan

Menurut Corwin (2009), penatalaksanaan pada cedera vaskular serebral (CVS) atau yang lebih dikenal dengan stroke, yaitu sebagai berikut:

1.      Pada pasien dengan stroke yang bersifat iskemik, agens trombolitik, seperti aktivator plasminogen jaringan (tissue plasminogen activator/TPA) dapat diberikan. TPA harus diberikan sedini mungkin atau minimal dalam 3 jam pertama setelah terjadi serangan stroke, hal ini dilakukan supaya pemberian TPA berfungsi lebih efektif dalam mencegah kerusakan jangka panjang. Pemberian trombolitik untuk pasien stroke hemoragik tidak dianjurkan karena berbahaya, agens trombolitik ini akan meningkatkan perdarahan dan memperburuk hasil.

2.      Stroke hemoragik dapat diatasi dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan. Ada juga kemungkinan diperlukannya pembedahan.

3.      Terapi obat yang menghambat saluran ion yang mendeteksi asam dikembangkan untuk membatasi kerusakan akibat stroke.

4.      Semua pasien stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan stimulus eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebral. Tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intrakranial dapat dilakukan.

5.      Terapi fisik, bicara, dan okupasional sering kali diperlukan pada pasien stroke.


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem vaskuler terutama bagian pembuluh darah otak pada manusia. Hal tersebut disebabkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen pada area atau bagian otak tertentu. Stroke dapat terjadi oleh beberapa akibat diantaranya trombus, embolus, dan perdarahan pembuluh darah pada otak. Penyebab utama stroke diantaranya pasien stroke yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang menimbulkan aterosklerosis, yaitu menyempitnya pembuluh arteri disebabkan lemak yang menempel pada dinding arteri.

Stroke dapat berupa stroke iskemik maupun stroke hemoragik. Gejala-gejala pada penyakit stroke mudah dikenali dan dapat segera diatasi jika diketahui penyebabnya. Namun jika seseorang terserang stroke untuk yang kedua kalinya, hal tersebut jauh lebih berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Pencegahan yang dilakukan dengan pengenalan gejala awal stroke yang berrtujuan untuk dapat diberikan penanganan secara tepat dam cepat. Dalam mencegah stroke juga dapat dilakukan dengan mengurangi beberapa faktor resiko yang ada, sehingga dengan memodifikasi gaya hidup untuk dapat hidup lebih sehat, penyakit stroke dapat dicegah.

 

B.     Saran

1.      Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan dapat mengajarkan bentuk-bentuk self-care kepada keluarga pasien yang mengalami stroke. Bentuk-bentuk self-care yang dapat diajarkan adalah mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygiene, dan mobilisasi dalam rumah (Wesley, 2004 dalam Syairi, 2013)

2.      Bagi masyarakat

Masyarakat dapat melakukan pencegahan stroke sedini mungkin. Pencegahan stroke dibagi menjadi dua golongan, yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder (Junaidi, 2011). Pencegahan primer dapat dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup dalam segala hal, memodifikasi faktor risiko, dan apabila perlu juga dapat melakukan terapi dengan obat untuk mengatasi penyakit dasarnya. Pencegahan sekunder dilakukan dengan mengatasi atau mengobati faktor risiko yang ada pada penderita stroke (Junaidi, 2011).

Masyarakat juga dapat mencegah terjadinya stroke iskemik dengan obat-obatan yang berguna untuk mencegah pembesaran plak. Obat yang digunakan biasanya adalah obat antiagresi trombosit (inhibitor platelet) (Junaidi, 2011). 

C. Kuisioner

Silakan mengisi kuis yang telah tersedia di sini

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arbourt et, all 2005. Epidemiology of back pain in Older Alduts. American College of Medical science.

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Handayani, F., 2013. Angka Kejadian Serangan Stroke pada Wanita Lebih Rendah daripada Laki-Laki. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, pp. 75-79.

Hariandja, J. R. O., 2013. Identifikasi Kebutuhan Akan Sistem Rehabilitasi Berbasis Teknologi Terjagkau untuk Penderita Stroke di Indonesia, Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.

Junaidi, I. 2011. Stroke, Waspadai Ancamannya. Edisi ke-1. Penerbit Andi.Yogyakarta.

Liwang, F., Hanifati, S. & Pradipta, E. A., 2014. Kapita Selekta Kedokteran. 4 ed. Jakarta: Media Aesculapius.

Maulida, Aswita Nurdhatul. 2017. “Stroke” http://fisioterapi-lydaaswita.blogspot.com/2017/02/stroke.html diakses pada tanggal 18 Oktober 2020.

Noviyanti, Retno Dewi. 2013. Faktor Risiko Penyebab Meningkatnya Kejadian Stroke Pada Usia Remaja dan Usia Produktif volume 10. Surakarta: STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

PubMed Health. 2011. Strok (online) http://www.ncbi.nlm.gov/pubmedhealth/PMH0001740/

            (Diakses tanggal 10 November 2012 pukul 20.45 WIB)

Sari, Selvia Harum. 2015. Batasan Karakteristik dan Faktor yang Berhubungan (Etiologi) Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke volume 3. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Setyawan, A. D., Rosita, A. & Yunitasari, N., 2017. Pengaruh Pemberian Terapi ROM (Range of Motion) terhadap Penyembuhan Penyakit Stroke. Global Health Science, 2(2), pp. 87-90.

Sutrisno, A. 2007. Stroke??? Sebaiknya Ada Tahu Sebelum Anda  Terserang

            Stroke. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syairi, A. 2013. Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang Self-Care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di Rsu Kabupaten Tangerang. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pp. 1–106.

Wardhany, Novinda Rizky dan Martini, Santi. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Tentang Stroke pada Pekerja Institusi Pendidikan Tinggi. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol.2 Nomor 1 : 13-16. Diakses pada 17 Oktober 2020.

Wayunah & Saefulloh, M., 2016. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke di RSUD Indramayu. Jurnal Pendidikan Kpeerawatan Indonesia, Volume 2, pp. 65-76.

 


No comments:

Post a Comment