DEFINISI GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi lapisan lambung karena
iritasi dari mukosa lambung (LeMone & Burke, 2008). Menurut (Burnner
& Suddarth’s, 2009) adalah inflamasi mukosa gastrik/lambung fisiologi
(fungsi pencernaan & sekresi dan motorik). Normalnya gaster dilindungi oleh
barrier mukosa gastrik dari HCL dan pepsin. Barier mukosa gastrik meliputi:
1.
Lapisan impermiabel lipid hidriphobic à melindungi sel epitel gaster,
mencegah mencegah difusi molekul yang larut air (alkohol dan aspirin bisa
menembus lapisan ini).
2.
Sekresi Ion bicarbonate sebagai respon terhadap
sekresi HCl, HCO3- = H+ à mukosa gaster tetap intak.
Prostaglandin support produksi HCO3- dan blood flow.
3.
Mucus gel, menjaga lapisan lambung dari pepsin dan
menangkap HCO3- untuk menettralisir HCl, berfungsi juga
sebagai lubrikan untuk mencegah kerusakan mekanik.
ETIOLOGI
Gastritis dapat disebabkan oleh :
1.
Iritasi > obat-obatan, aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid
2.
Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan
3.
Stres. Diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Leeds bahwa stres
dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Ketika stres, nafsu makan akan
cenderung berkurang. Stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan
merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan yang berakibat pada
rasa sakit di lambung, nyeri, mual, mulas, atau bahkan luka (O'connor, 2007)
4.
Waktu makan yang tidak teratur atau porsi makan yang berlebihan
5.
Terlalu banyak makan makanan yang berbumbu (Mencakup 20% dari faktor
etiologi, menurut penelitian yang dilakukan Herlan pada tahun 2001).
6.
Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung. Seperti : Trauma, luka bakar,
sepsis, luka pada lambung.
PATOFISIOLOGI
a.
Gastritis akut ditandai dengan kerusakan barier mukosa karena iritasi
lokal (membran mukosa gaster menjadi edema dan hiperemi = kongesti dari cairan
dan darah) → kerusakan ini mengakibatkan kontak antara HCL dan pepsin dengan
jaringan gaster → iritasi, inflamasi, dan erosi superficial mukosa gastric
mengalami regenerasi secara cepat, gastritis akut → self-limiting disorder yang
resolusi dan penyembuhannya terjadi dalam beberapa hari. Bentuk terparah dari gastritis akut
disebabkan karena ketidaksengajaan atau sengaja mencerna asam atau alkali kuat
(amonia,lysol), inflamasi berat
ataupun nekrosis, gangren lambung, mengakibatkan perforasi, pendarahan sampai
peritonitis. Jika sampai terbentuk jaringan parut maka akan terjadi obstruksi
pilorus (Lemone & Burke 2008).
b.
Gastritis kronis merupakan kerusakan progresif yang diawali adanya
inflamasi superficial dan secara bertahap berkembang menyebabkan atropy pada
jaringan gaster. Tahap awal dikarakteristikan adanya perubahan pada mukosa
gaster dan produksi mucus yang menurun. Seiring perkembangan penyakit, kelenjar
mukosa gaster terganggu dan rusak.
c.
Tipe A (gastritis autoimun)
diakibatkan oleh perubahan pada sel parietal yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler terhadap sel parietal dan faktor intrinsik, antibodi ini
merusak sel mukosa gaster mengakibatkan atrofi, infiltrasi seluler, dan
hilangnya kemampuan untuk sekresi HCL serta pepsin.
d.
Tipe B (gastritis H. Pylori). Infeksi Helicobacter Pylori (H. Pylori)
menyebabkan inflamasi pada mukosa gaster disertai infiltrasi neutrofil dan
lymfocyte lapisan terluar gaster menjadi tipis dan
athropy sehingga kemampuan untuk melindungi gaster dari autodegestif oleh HCL
dan pepsin berkurang, H. Pylori
meningkatkan risiko terjadinya ulkus peptikum,
kanker gaster.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium,
perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu
anemia
2.
Gastritis Kronik, Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan
pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan
MANAJEMEN MEDIS
Pada gastritis akut, biasanya pasien sembuh
dalam waktu sekitar 1 hari, meskipun nafsu makan dapat berkurang selama 2 atau
3 hari lagi. Gastritis akut ditangani dengan menginstruksikan pasien untuk
menahan diri dari alkohol dan makan makanan yang tidak menibulkan iritasi
sampai gejalanya mereda. Jika gejalanya menetap, cairan intravena (IV) mungkin
perlu diberikan.
Selain itu, terdapat beberapa terapi seperti
intubasi nasogastrik (NG), antasida, antagonis reseptor histamin-2 (H2
blockers) (misalnya, famotidin [Pepcid], ranitidin [Zantac]), penghambat pompa
proton (misalnya, omeprazole [Prilosec], lansoprazole [ Prevacid]), dan cairan
IV. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Dalam kasus ekstrim, operasi
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan gangren atau berlubang.
Reseksi lambung atau gastrojejunostomy
(anastomosis jejunum ke perut untuk memutar di sekitar pilorus) mungkin
diperlukan untuk mengobati obstruksi saluran keluar lambung, juga disebut
obstruksi pilorus, penyempitan lubang pilorus, yang tidak dapat diatasi dengan
penanganan medis. Gastritis kronis dikelola dengan memodifikasi pola makan
pasien, mendorong istirahat, mengurangi stres, merekomendasikan menghindari
alkohol dan NSAID, dan memulai pengobatan yang mungkin termasuk antasida, H2
blockers, atau penghambat pompa proton.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1.
Mengurangi Kecemasan
Pada
beberapa kasus, pasien gastritis perlu mengalami tidakan endoskopi ataupun
pembedahan. Pasien dapat merasa cemas karena nyeri serta tindakan pengobatan
yang akan dijalaninya. Peran perawat yaitu memberi dukungan emosional,
menggunakan pendekatan yang tenang untuk mengurangi kecemasan pasien, serta
berusaha menjawab pertanyaan yang pasien ajukan.
2.
Mempromosikan Nutrisi yang Optimal
Pasien
tidak boleh mengonsumsi makanan atau cairan melalui mulut — mungkin untuk
beberapa hari — sampai gejala akut mereda, agar memungkinkan terjadinya
penyembuhan mukosa lambung. Jika terapi IV diperlukan, perawat memantau asupan
dan haluaran cairan bersama dengan nilai elektrolit serum.
Setelah
gejala mereda, perawat memperkenalkan makanan padat sesegera mungkin agar
nutrisi oral tercukupi. Saat makanan dimasukkan, perawat mengevaluasi dan
melaporkan setiap gejala yang menunjukkan episode gastritis berulang. Perawat
mencegah asupan minuman kaeinasi, karena caeine adalah stimulan sistem saraf
pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin.
Perawat
juga melarang penggunaan alcohol dan mencegah merokok. Hal ini penting karena
nikotin pada rokok dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, yang
menghambat netralisasi asam lambung di duodenum. Selain itu, perawat juga dapat
merujuk pasien yang ingin konseling tentang alkohol dan program berhenti
merokok.
3.
Mempromosikan Kesimbangan cairan
Asupan
dan keluaran cairan harian perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal
dehidrasi (asupan cairan minimal 1,5 L / hari, keluaran minimal 0,5 mL / kg /
jam). Jika makanan dan cairan oral ditahan, cairan IV (3 L / hari) biasanya
diresepkan dan catatan asupan cairan ditambah nilai kalori (1 L dari 5%
dekstrosa dalam air = 170 kalori karbohidrat) perlu dipertahankan. Nilai
elektrolit (natrium, kalium, klorida) dinilai setiap 24 jam untuk mendeteksi
ketidakseimbangan. Perawat harus selalu waspada terhadap setiap indikator
gastritis hemoragik, yang meliputi hematemesis (muntah darah), takikardia, dan
hipotensi. Semua feses harus diperiksa untuk mengetahui adanya perdarahan yang
jelas atau tersembunyi. Jika ini terjadi, penyedia utama akan diberi tahu dan
tanda-tanda vital pasien dipantau sesuai dengan kondisi pasien.
4.
Meredakan Nyeri
Tindakan
untuk membantu meredakan nyeri termasuk menginstruksikan pasien untuk
menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung serta
penggunaan obat yang benar untuk meredakan gastritis kronis. Perawat harus
secara teratur menilai tingkat nyeri pasien dan tingkat kenyamanan yang dicapai
melalui penggunaan obat-obatan dan menghindari zat yang mengiritasi.
5.
Mempromosikan Perawatan Berbasis Rumah dan Komunitas
-
Mendidik Pasien Tentang Perawatan Diri
Perawat mengevaluasi pengetahuan pasien
tentang gastritis dan mengembangkan rencana pendidikan individual yang mencakup
informasi tentang manajemen stres, diet, dan pengobatan. Instruksikan pola
makan dengan memperhitungkan kebutuhan kalori harian pasien serta aspek budaya
preferensi makanan. Perawat dan pasien meninjau makanan dan zat lain yang harus
dihindari (misalnya, makanan yang pedas, mengiritasi, atau berbumbu tinggi;
caeine; nikotin; alkohol). Konsultasi dengan ahli diet mungkin direkomendasikan.
Memberikan informasi tentang obat-obatan yang
diresepkan, yang mungkin termasuk antasid, penghambat H2, atau penghambat pompa
proton, dapat membantu pasien untuk lebih memahami mengapa obat-obat ini
membantu dalam pemulihan dan mencegah kekambuhan. Pentingnya melengkapi rejimen
pengobatan seperti yang diresepkan untuk memberantas infeksi H. pylori harus
diperkuat kepada pasien dan pengasuh.
-
Perawatan Berkelanjutan
Perawat
memperkuat instruksi sebelumnya dan melakukan penilaian berkelanjutan terhadap
gejala dan kemajuan pasien. Selain itu, perawat juga menekankan pentingnya
menjaga tindak lanjut terkait perawatan berkelanjutan dari penyedia layanan
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC.
Priscilla
Le Mone and Karen Burke. 2008. Medical
Surgical Nursing Critical Thinking in Client Care. 4th. Pearson Education International.
Hinkle,
Janice L. & Cheever, Kerry H.
(2014). Brunner & Suddarth’s textbook
of medical-surgical nursing. Thirteenth
edition. Philadelpia : Lippincott
Khanza,
N, dkk. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTRITIS. STIKES MUHAMMADIYAH
KLATEN.
https://stikesmukla.ac.id/downloads/makalah/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PASIEN%20dengan%20GASTRITIS.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020
Disusun oleh (kelompok 5 kelas B reguler 2019) : Riski Ima R (I1B019016), Nirmala Rumaja P (I1B019036), Tamara A (I1B019038), Fatkhiya R N (I1B019042), Ilham U (I1B019044), Stevani Clara F (I1B019050), Yurice Kusuma P (I1B019056).
No comments:
Post a Comment